“The Rise of Empire: Ottoman”, Kerja Keras Mewujudkan Nubuwat

- Kamis, 16 Juni 2022 | 20:06 WIB
The Rise of Empires; Ottoman
The Rise of Empires; Ottoman

 

“The Rise of Empire: Ottoman”, adalah serial dokumenter yang dirilis Netflix pada Januari 2020. Terdiri dari 6 serial dokumenter dimana masing-masing serial berdurasi sekitar 45 menit.

The Rise of Empire adalah cerita Sultan Mehmed II menaklukan Konstanstinopel, Turki sekarang, pada 29 Mei 1453. Penaklukan ini menjadi cerita epik dan bagian sejarah dunia. Selain menjadi pintu gerbang dominasi dunia Islam atas Eropa, Sultan Memed juga berhasil menaklukan kota yang menjadi lambang kemakmuran dan kedigdayaan Romawi yang hampir selama 1.100 tahun tidak ada yang sanggup menaklukannya. Riwayatnya menjadi lebih dramatis karena Sultan Memed II melakukan itu pada usia 21 tahun.

Namun sebelum membicarakan dokumenter ini, ada baiknya diungkap salah satu riwayat yang terjadi yang jauh ke belakang di tempat yang juga jauh dari Konstantinopel. Cerita 8 abad di sebuah kota yang mempunyai nama baru, Madinah.

Baca juga;

"The Mosque Next Door". Holland Park Mosque dan Moderasi Islam Muslim Australia

Pada tahun 627 Masehi, Nabi Muhammad beserta sahabatnya sudah 6 tahun berada di Madinah. Tempat Nabi dan para sahabat hijrah dari Makkah karena menghadapi rongrongan dan kekerasan para pembesar Makkah.

Pada tahun ke-6 Hijrah itu, Nabi Muhammad menerima kabar bahwa ribuan tentara Makkah sudah berangkat untuk menghancurkan kota Madinah. Jumlah pasukan Makkah, berlipat-lipat melebihi jumlah pasukan Madinah.

Mendengar kabar tersebut, Nabi pun bermusyawarah dengan para sahabat. Merumuskan cara terbaik untuk menghalau serbuan Makkah.

Baca juga;

Don’t Look Up : Ilmuwan, Politisi dan Pemodal

Satu solusi disepakati. Bahwa cara terbaik menghadapi serbuan Makkah adalah menghadangnya diluar kota. Pertanyaanya, bagaimana caranya menghadapi pasukan yang jumlahnya jauh lebih besar tersebut.

Saat itu Salman Al-Farisi mengajukan usulan yang akan dikenang sampai sekarang. Salman yang lahir dan besar di Persia, mengusulkan untuk mengadopsi cara Persia ketika menghadapi musuh yang besar. Menurut Salman, cara paling efektif menghadapi serbuan pasukan Makkah yang datang dengan kekuatan sangat besar, adalah dengan membuat parit yang mengelilingi kota. Khandak, yang berarti Parit, kemudian menjadi nama perang tersebut.

Setelah strategi itu disepakati, maka Nabi Muhammad bersama para sahabat pun bergerak keluar Madinah untuk membuat parit sebagai benteng pertahanan. Parit yang yang sangat dalam sehingga akan berakibat kematian bila dilewati pasukan Makkah, juga sangat lebar sehingga tidak mungkin dilompati pasukan berkuda. Nabi dan para sahabat bukan hanya menggali tanah, tapi juga menghancurkan batu-batu yang sangat keras.

Halaman:

Editor: Delianur

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X